Saturday, January 17, 2009

VOICE OF POSMODERNISM AS REFLECTED IN SPEECH TEXS IN UMBERTO ECO’S TRAVELS IN HYPER REALITY

VOICE OF POSMODERNISM AS REFLECTED
IN SPEECH TEXS IN UMBERTO ECO’S
TRAVELS IN HYPER REALITY


A. Background of study
In this part, writer tells about background or reason of the title. Writer tries to give an explanation about picture of hyper reality and critiques through on reality the first countries which try to present pure simulacrum although its just imitation. 

B. Identification of problem
Related to naration before, there are many problems that can be raised in relation to analysis of Umberto Eco’s Travels in Hyper Reality. The writer finds that the book Travesl in Hyper Reality contains postmodernism issues. Based on the background study, there are some poblems that identified as follow:
1. How binary opposition made hegemony in the Travesl in Hyper Reality.
2. Diction used by Umberto Eco in the Travesl in Hyper Reality.
3. Code mixing used in in the Travesl in Hyper Reality.
4. Proverbs used in the the Travesl in Hyper Reality.
5. How logo-centrist superiority in the Travesl in Hyper Reality.
6. How the writer influenced reader.
7. How the structure analysis was imfact in the Travesl in Hyper Reality.

C. Limitation of the problem
 To make this research more directed and oriented, the writer needs to make a scope of the research so that the description about the subject that will be discussed will not be too wide. Without making scope on the subject, the discussion will not run well and the result will not be good.
 Related to the background for choosing the subject above, the writer will focus this research on the style in rhetorical form used in the text. The researcher uses the constuction thoery to analyze, expecially Derrida’s theory. The step analyzing the book is begun by finding the binary opposition that hegemony in the book and finding the traces. Those problems will be analyzed on the postmodernism theory.

D. Formulation of problem
 Based on the assumption from limitation of the problem, the reseacher formulates problems as follow:
1. What styles in texs form are used by Umberto Eco in the Travels in Hyper Reality?
2. What dominant style in texs form is used in the Travels in Hyper Reality? 
3. What is the description of posmodernism in the Travels in Hyper Reality?
4. how to deconstruct the binary opposition in the Travels in Hyper Reality?

E. Objectives of the study
  The objective of the study in this research is to answer the formulation of the problems:
1. To find styles in texs form used by Umberto Eco in the Travels in Hyper Reality.
2. To know the dominant style used Umberto Eco in the Travels in Hyper Reality. 
3. To describe the posmodernism themes Umberto Eco in the Travels in Hyper Reality.
4. To deconstruct the binary opposition in Umberto Eco in the Travels in Hyper Reality.

F. Significance of the study
The significan of the research can be describe as follows:
1. To provide the information for reader who want to analyze a literary work especially posmodernism book.
2. To give contribution to the readers in critics on postmodernism theory.
3. To implement the postmodernism in analyzing the book.























Writen by : Sulhaidi
Jur/ Fak : PBI-S1/ FKIP
NIM : 02.004.125
Subject : Research on ELT

E_Mail: sulhaidign@plasa.com

Muhammadiyah


Muhammadiyah Jilid 2
Oleh: Sulhaidi



Usia Muhammadiyah saat ini hampir menjelang satu abad dan, Muhammadiyah semakin banyak mendapat perhatian dari berbagai kalangan baik internal maupun eksternal. Perhatian publik, internal dan eksternal, tak lepas dari berbagai macam dinamika yang sedang dihadapi oleh Muhammadiyah. dan dalam perjalanan waktu yang cukup lama ini diyakini telah banyak kemajuan, pembaharuan, dan juga penyimpangan dari cita-cita semula. Mulai perkambangan amal usaha yang sudah menjamur di seluruh pelosok negeri sampai pada pergulatan ideologi gerakan yang akhir-akhir ini banyak diberitakan dan dibicarakn oleh kalangan Muhammadiyah. 
Dalam usianya menjelang satu abad tersebut tersebut, sejauhmanakah peran Muhaamdiyah dalam menciptakan dan melahirkan ulul albab-ulub albab sebgaimana yang dicita-citakan pendirinya. Apakah pernah yang bisa dimauinkan oleh umat Muhaamdiyah di milenium baru, atau minimal di abad baru ini? Apakah masih memiliki tempat di bawah matahari bumi ini atau masih bercokol di buritan khafilah sebaimana sekarang ini, dimana kita hanya bisa mengkonsumsi tampa pernah bisa memproduksi, menginfor tanpa pernah membuta sendiri, meniru tanpa perna berinovasi? Sejarah telah mengajarkan pada kita bahwa peradaban adalah siklus, dan waktu akan terus bergulir. Perubahan merupakan keniscayaan dan tetapnya suatu keadaan adalah suatu kemustahilan. Itulah hukum perputaran kosmos yang permanen, sebagaimana ditetapkan oleh Al-Quran.
Tema besar dan pernyataan pikiran yang demikian ideal tersebut didasarkan pada keinginan dan pernyataan diri dan sekaligus mengayuhkan langkah kedepan yang lebih baik sebagai bagian dari kesyukuran atas usia Muhammadiyah yang hampir menjelang satu abad.
Mencermati laju gerakan Muhammadiyah, terutama dalamusianya yang menjelang hamper satu abad, banyak persoalan sebenarnya yang dihadapi. Terutama persoalan-persoalan dalam konteks nasional maupun global yang akhir-akhir ini menuntut kecerdasan sekaligus daya kritis warga Muhammadiyah. Muhammadiyah sekarang menghadapi sekurangnya tiga persoalan besar dalam konteks nasioanal maupun global. Diantaranya adalah grand narasi kapitalime global. 
Tantangan besar globalisasi, yang kini tengah bergulir dan gencar-gencarnya digulirkan oleh Amerika. Dunia telah berlari, lebih tepat lagi tunggang langgang, lebih tepat lagi dunia ini mrucut (Sindhunata). Artinya begitu mau dipegang, dunia ini luput seperti belut, itulah kira yang ingin dikatan oleh Giddens tentang zaman globalisasi. Globalisai yang kecepatannya tidak dapat dikendalikan dan perubahannya tidak dapat dipergunakan. Contoh yang mencolok dari dunia yang merucut adalah krisis yang terjadi di kawasan Asia Tenggara. Di Asia Tenggara diakui atau tidak dalam sistem ekonominya menggunakan sistem ekonomi neoliberalisme. Pembangunan ekonomi yang menitik beratkan pada mekanisme pasar yang beroperasi menghantarkan pada kemajuan, kemakmuran, dan kesejahteraan. Tetapi apabila terjadi krisis melanda maka filsafat neoliberalisme yang terjadi seakan mati, itulah yang ingin dikatakan oleh Giddens.
Globalisasi merupakan grand narasi lebih dari sekedar tajuk ilmiah atau fenomena social yang mengemuka. Ia sangat dominant sebagai diskursus politik dan ekonomi di dunia. Sebuah ideologi yang telah mengubah dan merembes masuk dalam pemberitaan media, naskah kebijakan dan publikasi bisnis. (Jhon Gray 1988). Bahkan wacana global ini telah dianggap sebagai cerita dominant dalam sebuah setting metanarasi yang muncul setelah postmodernisme, yang menglaim telah berakhirnya semua narasi besar, beberapa dekade yang lalu. (Don Kalb, 2000)
Mekanisme dan proses globalisasi yang diperjuangkan oleh aktor-aktornya yakni TNCs, Bank Dunia, IMF melalui kesepakatan yang dibuat oleh WTO berdasarkan ideologi neoliberalisme. Neoliberalisme merupakan kembangkitan kembali liberalisme dalam era yang baru. Faham tersebut memiliki keyakinan bahwa dalam pertumbuhan ekonomi dapat dicapai sebagai hasil dari kompetisi bebas. Kompetisi bebas tersebut berjalan dengan pasar bebas adalah cara alokasi sumber daya alam, yang dikelola oleh mekanisme pasar atau pihak swasta. Harga selanjutnya ditentukan oleh pasar dan pemerintah tidak dapat menentukanya. Pada akhirnya kekuasaan dan keuangan memusat pada segolongan yang memiliki modal dan dalam alokasinya tidak merata dan terjadinya ketimpangan sosial antara yang kaya dan miskin makin tinggi. 
Gagasan yang sering didengung-dengungkan oleh ekonomi neoliberal, pasar bebas, hak milik intelektual, penghapusan subsidi oleh rakyat, deregulasi dan yang berkaitan dengan program pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu diperlukan tatanan perekonomian global, maka sejak itu gagasan globalisasi dimunculkan. Globalisasi pada dasarnya berpijak pada kebangkitan kembali paham liberalisme. Kebangkitan liberalisme yang membawa manusia terjadi pada dua pilihan yaitu mengikuti arus globalisasi atau melakukan pemilahan terhadap globalisasi.
Muhaammadiyah yang sejak berdirinya telah melakukan penyelamatan social lewat lembaga (PKO) Penolong Kesengsaraan Oemoem dan bebagai amal usahanya yang berpihak pada kepentingan rakyat, sebenarnya merupakan kreatifitas yang sangat cerdas dari pendiri Muhammadiyah. Jalan Muhammadiyah adalah jalan penyelamatan kemanusiaan, sejarah dan peradaban dari ketakutan dan kelaparan. (Chirzin, 2005, dalam Suara Muhamamdiayah: 13)
Banyak orang yang bertanya, “bagaimana sikap kita menghadapi globalisasi yang kini tengah bergulir di seluruh dunia”? realitasnya, memang kita tidak bisa berlari dari globalisasi ini. Kita tidak mungkin bisa lari pun menolak dari tekanannya. Namun demikian, kita juga tidak bisa menerimanya begitu saja dengan apa adanay, taken for grandted, menyerah dengan hanya mengangguk-anggukan kepala. 
Sudah saatnya Muhammadiyah melakukan kajian tentang grand narasi desa global dengan serius dimana mempunyai dampak yang sangat luas kepada kehidupan masyarakat dan Negara. Sikap yang paling tepat buat kita adalah sikap moderat, yakni berusaha untuk mengambil manfaat hal-hal positif dari globalisasi dan inklusivitasnya, serta sekuat mungkin untuk menjauhi hal-hal yang negative, baik material maupun spiritual,dengan membentengi iman kita, percaya pada diri kita sendiri, bekerja sekuat tenaga untuk mengembangkan kemampuan kita, dan senantiasa memberbaiki kinerja kita, sehingga hari ini menjadikan lebih baik dari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.
Dengan semangat awal pendirian PKO perlu diaktualisasikan dalam skala yang luas. Hal ini senada dengan apa yang diucapkan oleh Presiden SBY dalam Pembukaan Tanwir Muhammadiyah tahun 2007: 
“agar Negara terbebas dari kapitalisme global, maka kita berdayakan dan bangkitkan kemampuan kita sendiri”
Ia mengatakan persaingan ekonomi baik antar kelompok, antar Negara, dan antar wilayah makin tinggi. Muhammadiyah kata Presiden, harus memikirkan cara-cara yang cerdas dan efektif untuk mendorong umat islam dan warga Negara se-Tanah air dalam memasuki dunia usaha yang terus berubah dan dalam persaingan yang makin keras. (Republika, 2007: 12)
Muhammadiyah yang telah berdiri sebelum lahirnya Negara Republik Indonesia, telah menjadi “penyangga budaya” bagi keberadaan dan kelangsungan bangsa dan Negara. Daya survival yang merupakan keunggulan Muhammadiyah ini, oleh karena itu hadir sebagai sebuah persyarikatan yang merupakan “new social movement” untuk dunia. Muhammadiyah harus dapat membuktikan bahwa berbagai alternative nilai dan tatanan dunia yang adil dan sejahtera adalah sangat mungkin: “many worlds are possible”. Lembaga-lembaga dan juga gerakan-gerakan sosial baru itu sekarang sedang menghadapi tantangan dan panggilan sejarah yang baru, berupa penyelamatan kemanusiaan di era globalisasi ini. (ibid, 14)

Eks Kabid IPTEK DPD IMM DIY
E_Mail: sulhaidign@gmail.com



embun senja

gemericik embun senja menemani sang surya menuju peraduan, mengendap disela-selah pepohonan, hilang ditelan jarak

embun senja

gemericik embun senja menemani sang surya menuju peraduan, mengendap disela-selah pepohonan, hilang ditelan jarak